Membangun Kepercayaan dengan Foto Produk

Tampilan visual di toko online sangat penting. Salah satunya tampilan foto produk. Karena calon pembeli tidak bisa melihat langsung bentuk, warna, dan detail produk yang kita jual.

Seorang kawan penjual tas yang biasa menampilkan barang jualannya di Facebook tetap bersikukuh cukup membuat foto produk sekadarnya dengan alasan kemudahan dan efisiensi. Barang yang hendak difoto diletakkan sembarangan tak beraturan. Kadang di lantai, digantung, atau ditaruh di atas meja. Kualitas foto yang dihasilkan secara artistik tidak menarik.

Apakah barang jualannya laku? Laku dan selalu habis. Karena itu dia tidak menganggap penting membuat foto produk yang baik. Toh tujuan penjualannya sudah tercapai.

Kawan saya yang lain (pengusaha tas kulit dan batik) berpendapat sebaliknya. Baginya membuat foto produk yang baik adalah keharusan. Dia rela mengeluarkan biaya, waktu dan tenaga untuk itu. Hasilnya, menarik dan mampu mengundang minat pembeli. Menurutnya, menampilkan foto produk yang baik merupakan bagian dari usahanya membangun kepercayaan konsumen.

Seperti kawan saya yang pertama, barang yang dia jual pun laku dan selalu habis. Tak jarang permintaan melampaui penawaran, sehingga pemesan harus rela menunggu lebih dari waktu biasanya.

Dua pengusaha di atas memiliki pemikiran yang berbeda tentang foto produk. Tetapi keduanya sama-sama berhasil memasarkan barangnya di internet. Jika hasil akhirnya sama (jualan keduanya laku), lalu apa gunanya membuat foto produk yang baik? Apa arti pentingnya dilihat dari sisi kepentingan bisnis secara lebih luas?

Menarik Pembeli yang Tak Kenal

Meski hanya menampilkan foto produk sekadarnya pengusaha pertama berhasil mendapatkan kepercayaan dari pembeli. Itu bisa dimengerti, karena pembelinya relatif terbatas. Sebagian besar adalah orang-orang yang sudah dikenalnya, dan kawan-kawan kenalannya. Informasi tersebar dari mulut kemulut antarorang yang sudah saling mengenal. Usaha untuk menanamkan kepercayaan kepada calon pembeli tidak sesukar jika berhadapan dengan calon pembeli baru atau orang-orang yang sama sekali tidak dikenal.

Namun, pengusaha pertama akan mendapatkan kendala dari calon pembeli seperti, sebut saja Asri, perempuan modis yang sangat selektif dalam memilih barang. Dia akan mengurungkan niatnya berbelanja bila produk yang ditampilkan buruk secara visual. Tampilan visual menjadi acuan pertama sebuah barang layak mendapat pertimbangan dibeli atau tidak. Jika foto produknya buruk, barang yang mungkin berkualitas menjadi tidak menarik. Dan barang yang kurang menarik menjadi lebih tidak menarik lagi. Jangankan membeli, untuk sekedar wondow shopping pun tidak membuat mata nyaman. Kita pun menjadi sangsi terhadap kualitas barang, profesionalisme dan kesungguhan penjualnya. Meski untuk mengukur profesionalisme tentu tidak cukup dari itu saja, kata Asri.

Cara berpikir itulah yang ditangkap oleh pengusaha kedua. Menurutnya, membuat foto produk yang baik bukan semata-mata alasan keindahan. Lebih dari itu, merupakan bagian penting dalam upaya membangun citra produk dan kepercayaan konsumen. Foto produk adalah cerminan kesungguhan kita dalam memberikan pelayanan kepada calon pembeli, kata dia.

Terlebih lagi di internet, dimana orang tidak bisa melihat langsung produk yang kita jual. Setiap produk selayaknya ditampilkan secara baik. Dalam arti mampu memberikan informasi yang memadai. Kita ambil contoh produk sepatu. Bila kita belanja di toko konvensional (offline), dengan mudah kita memeriksa bagian dalam, luar, atas dan bawah sepatu hingga mencobanya langsung. Sementara di internet tidak mungkin kita melakukan itu semua. Tidak ada cara lain selain menampilkan foto produk secara lengkap. Sehingga setiap konsumen memiliki informasi yang memadai tentang produk yang diminatinya. Dari situ pula kepercayaan konsumen akan terbangun.

Indah dan Informatif

Menampilkan foto produk yang baik memang tidak mudah. Selain menuntut biaya yang tidak murah, juga cita rasa keindahan. Apalagi jika produk yang dijual adalah busana. Sedikitnya ada dua aspek penting yang senantiasa terkandung dalam setiap foto produk. Aspek informatif dan keindahan.

Aspek informatif adalah visualisasi produk yang dikemas secara lengkap. Kita ambil contoh produk baju. Foto produk baju dikatakan memenuhi aspek informatif bila ditampilkan dalam beberapa sudut gambar: depan, belakang, serta samping kanan dan kiri. Bila bahan pakaiannya memiliki pattern khusus, akan lebih baik bila pattern-nya ditampilkan secara khusus pula.

Aspek keindahan adalah visualisasi produk yang dikemas secara artistik. Tujuannya untuk mengundang minat calon pembeli. Ukurannya, selain dari kualitas gambar yang baik, juga kreativitas dalam menampilkannya. Produk baju misalnya, akan lebih mengundang minat pembeli bila ditampilkan menggunakan model yang bergaya dibanding hanya digantung atau diletakkan begitu saja di atas meja.

Kedua aspek tersebut tidak bisa dipisahkan. Harus senantiasa dikemas secara padu. Dengan begitu, konsumen akan memeroleh informasi produk yang memadai di satu sisi; dan tergoda minatnya untuk membeli.

Diletakkan dalam konteks bisnis yang lebih luas, upaya menampilkan foto produk yang memenuhi kedua aspek di atas, bukan semata-mata untuk mengejar target penjualan. Lebih dari itu adalah untuk membangun citra usaha, kepercayaan, dan tanggungjawab kita kepada konsumen. Bila itu berhasil dilampaui, kita tidak perlu khawatir akan kehilangan pembeli. Dan tentu saja kita pun akan terhindar dari kecaman konsumen yang kecewa karena merasa telah “membeli kucing dalam karung”.

Silakan disain foto produk Anda.

***

Keterangan: Tulisan ini sebelumnya dimuat di majalah Ide Bisnis, Edisi 32, Januari 2013. Foto: Greatestent.

Anda punya pertanyaan atau tanggapan atas artikel di atas, sampaikan pada kami! No Fields Found.

Topik Terkait

×

Hai...

Ingin tahu seputar layanan dan produk kami? Klik icon logo di bawah!

×